Jumat, 07 September 2018

KEADAAN GEOLOGI DESA BUMI DAYA DALAM RANGKA TATAGUNA LAHAN PERTANIAN PMI PURNA PADA LAHAN CADAS




Bentuk lahan pertanian di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu lahan kering dan lahan basah Pengembangan pertanian di lahan kering diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam bidang pertanian di Indonesia sehingga dapat mewujudkan swasembada pangan. Lahan kering dapat menjadi salah satu sumber daya yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Sebaran lahan kering salah satunya di Desa Bumidaya, Kecamatan Palas sebagai lokasi Kuliah Kerja Nyata.

Potensi pertanian lahan kering Bumidaya digunakan untuk tegalan seluas 750 hektar dengan komoditas jagung, dan padi . Lahan kering selain berpotensi meningkatkan ketahanan pangan juga mempunyai beberapapermasalahan seperti rendahnya kadar air tanah, besarnya limpasan permukaan, tingginya nilai sedimentasi. Permasalahan-permasalahan ini dapat menyebabkan berkurangnya produksi tanaman pangan, menurunkan kuantitas air, hingga kekeringan, sehingga banyak petani di desa Bumidaya mengalami gagal panen.


Konsekuensi yang harus diterima para petani yaitu gagal panen, atau mengeluarkan modal untuk membeli mesin penyedot air atau yang sering sebut oleh para petani yaitu “ sibel”. Sibel ini menggunakan bahan bakar yang di modifikasi sehingga memanfaatkan Liquid Petroleum Gas(LPG), dalam pemanfaatan LPG ini petani dapat mengahabiskan 9-15 Kg/ minggu gas LPG, atau 3-5 tabung gas subsidi 3 Kg, hal ini membuat para petani mengeluarkan modal yang sangat besar apabila tidak ingin sawahnya gagal panen. Lahan yang kering ini disebabkan oleh persebaran batuan cadas yang mendominasi lahan pertanian di Desa Bumidaya.

Persebaran ini diketahui dengan sampling batuan yang ada di lahan pertanian di desa Bumidaya, sehingga dapat diidentifikasi kandungan yang ada.
 n
Gambar 1. Pengambilan sample tanah


Secara geologi batuan cadas terbentuk dari kontak bermacam-macam mineral diantara nya yaitu mineral kuarsa, dan mika fieldspar, sehingga memiliki karakteristik antara lain:

1.      Mempunyai tekstur atau bentuk tanah yang sangat padat.

Salah satu yang ciri yang melekat kuat pada tanah Cadas dan sekaligus menjadi ciri khas dari tanah Cadas adalah kepadatannya yang luar biasa dibandingkan dengan jenis tanah lainnya, sehingga tanah ini akan lebih tampak sebagai batuan daripada tanah pada umumnya. Tanah Cadas ini mempunyai tekstur yang sangat padat karena kandungan mineral yang ada di dalam tanha tersebut sudah dikeluarkan oleh air. Sehingga tanah ini tidak mengandung minerl dan strukturnya terlihat sangat Cadas hingga menyerupai batu
  1. Mempunyai kandungan organik yang sangat rendah
Tanah Cadas merupakan lapisan tanah yang tidak mempunyai kandungan bahan- bahan organik yang tinggi. Dengan kata lain, kandungan bahan organik yang ada dalam tanah tersebut berjumlah sangat rendah. Karena kandungan bahan organik yang rendah inilah tanah Cadas ini merupakan tanah yang tidak cocok untuk bercocok tanam. Hal ini karena kandungan organik yang rendah tersebut menandakan bahwa tanah Cadas ini bukanlah jenis tanah yang subur.
  1. Mempunyai sifat sangat sulit menyerap air
Tanah Cadas merupakan tanah yang mempunyai sifat sulit untuk menyerap air. Namun meskipun sulit, tanah Cadas ini tetap mampu atau bisa untuk menyerap air
  1. Biasanya terletak di lapisan tanah bagian bawah
Tanah Cadas merupakan jenis tanah yang biasanya ditemukan di dalam tanah dengan kedalaman tertentu. tanah Cadas ini biasanya akan didahului oleh beberapa jenis tanah lainnya. Tanah Cadas ini akan ditemukan setelah kita menggalin pada kedalaman beberapa meter di dalam tanah. Oleh karena letaknya yang berada di kedalaman tertentu dan juga karena ditindih oleh lapisan- lapisan tanah yang ada di atasnya maka  tanah ini menjadi bertekstur padat dan tidak mepuntai kandungan air dan juga kandungan mineral.
Berdasarkan ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh tanah padas. Dari ciri- ciri yang dimiliki oleh tanah padas tersebut sudah terlihat bahwa tanah padas merupakan salah satu jenis tanah yang sulit dimanfaatkan dalam bidang pertanian, karena kesuburan tanah yang kurang baik.
Oleh karena itu definisi kesuburan tanah dibedakan lagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah aktual, yaitu kesuburan tanah hakiki (aseli/alamiah) dan kesuburan tanah potensial, yaitu kesuburan tanah maksimum yang dapat diperoleh dengan intervensi teknologi yang mengoptimumkan semua faktor, misalnya dengan memasang instalasi pengairan untilk lahan yang tidak tersedia air secara terus menerus atau yang lainnya.
Nilai kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati tetapi hanya dapat diperkirakan (ditaksir). Perkiraan nilainya dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur, yang kemudian dihubungkan/dikaitkan dengan penampilan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah juga dapat ditaksir dengan mengamati keadaan tanaman secara langsung.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa nilai kesuburan tanah merupakan interaksi dari beberapa komponen termasuk keberadaan bahan organik dan mikroorganisme yang berada di dalam tanah. Keberadaan mikroorganisme ini semakin berkurang seiring dengan peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Padahal keberadaan mikroorganisme tersebut dibutuhkan untuk perombakan bahan organik agar tersedia untuk tanaman, menekan perkembangan mikroorganisme tanah yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman dan yang lainnya.
Pengembalian bahan organik sudah jarang dilakukan lagi karena dinilai tidak praktis, padahal dalam bahan organik tersebut juga tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman selain juga dapat memperbaiki struktur tanah (keras menjadi lebih gembur).
Kita tahu begitu banyaknya petani kita belum memahami bahwa idealnya tanah sebagai media tumbuh tanaman perlu keseimbangan aspek fisika, kimia, dan biologi. Bahkan, di antara kita yang sudah tahu hal tersebut tidak mau tahu.
Indikasinya, puluhan tahun lahan pertanian intensif nyaris tidak disuplai pupuk hayati sebagai salah satu aspek biologi. Bahkan hanya memaksakan diri menyuplai dengan jumlah berlebihan pupuk dan pestisida kimia sintetis.
Akibatnya, tanah kita sakit kronis komplikatif dengan indikasinya C organik hanya 1%, padahal dahulu 3%, residu logam berat hasil pertanian mendekati ambang batas, akibatnya ditolak pasar dunia. Tentu ada alasan kesehatan tapi tetap kita konsumsi dan tetap kita produksi.Kita bagai hanya menambang C organik tanah berlebihan dalam jangka panjang tanpa menyuplai bahan organik berlebihan pula. Kita bagai menikmati kekayaan mikroba/ pupuk hayati tersedia tapi tanpa membiakkan (inokulan) di lahan.
Berikut merupakan langkah-langkah menyehatkan lahan tandus atau cadas  menjadi lahan pertanian secara ramah lingkungan dan berkelanjutan:  benamkan jerami (jangan dibakar) karena memiliki kelebihan-kelebihan luar biasa, di antaranya menyediakan P dan K sangat tinggi dan media berbiaknya mikroba. Hasil penelitian Sugiyanta dan Irman (2010) menunjukkan bahwa hasil gabah basah per hektar tanaman padi yang menggunakan pupuk hayati + 0.5 dosis NPK + jerami atau pupuk kandang + pupuk hayati + 0.5 dosis NPK + jerami lebih tinggi ± 11% daripada hasil gabah tanaman padi yang menggunakan pupuk NPK kimia sintetis saja.
1.      Pupuk organik yang akan digunakan perlu diolah dengan baik. Di banyak lokasi limbah ternak unggas hanya dionggokkan di tepi jalan, merupakan pemandangan yang tidak nyaman, menimbulkan bau yang tidak sedap serta menjadi tempat lalat berkerumun. Aplikasi langsung limbah segar dari industri peternakan hanya akan membawa vektor atau pathogen ke lahan pertanian. Usaha pengomposan yang benar perlu diterapkan di wilayah tersebut.
2.      Pupuk organik yang diberikan pada lahan pasir hanya bertahan dalam waktu 10-15 tahun, hal ini disebabkan perombakan yang intensif oleh mikrobia pada suasana iklim yang lebih hangat. Kadar lempung yang secara alami memang sangat rendah menyebabkan fraksi bahan organik terbuka tidak ada yang mengikat atau melindungi, sehingga sangat mudah diserang mikroba perombak. Buku yang ditulis oleh Huang dkk. (2008) “Soil Mineral–Microbe-Organic Interactions“ menjelaskan banyak hal mengenai interaksi antara mineral, organik dan mikrobia dalam tanah. Sebagai alternatif pupuk organik matang tersebut diolah terlebih dahulu dengan bahan mineral lempung menjadi bentuk organo-mineral, baru diberikan ke lahan pertanian. Dalam formula baru ini dapat ditambahkan unsur hara mikro, mikrobia yang bermanfaat, maupun senyawa pengatur tumbuh.
3.       Fraksi lempung perlu ditingkatkan di lahan pasiran. Aplikasi lempung membutuhkan biaya dan ongkos yang tidak sedikit. Sebagai alternatif biomassa yang ada di wilayah ini dikonversi menjadi arang, dengan proses pirolisis atau pembakaran tanpa oksigen. Pembakaran konvensional yang menyisakan abu sebaiknya dihentikan diganti dengan pengarangan. Arang berfungsi sebagai bahan penjerap yang mampu menaikkan daya simpan dan lepas terhadap unsur hara dan lengas dalam tanah. Arang dapat bertahan sampai ratusan tahun karena tahan   terhadap perombakan mikrobia. Reaktor pengarangan dapat dibuat dengan memodifikasi tungku pembakaran bata atau keramik yang sudah ada. Tulisan lengkap mengenai aplikasi arang dapat dibaca pada buku yang diedit oleh Lehmann dan Joseph (2009) berjudul “Biochar for environmental management : science and technology”.

4.      Agar kebutuhan hara yang relatif besar dan singkat untuk budidaya sayur dan buah seperti bawang merah, lombok, semangka dan melon perlu aplikasi pupuk cair yang diberikan dengan penyemprotan pada daun atau dialirkan bersama air irigasi. Pembuatan pupuk organik cair dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bak beton (eks sumur rentang) yang tidak terpakai. Kotoran sapi dan kambing berupa feses (padat) dan urine dapat digunakan sebagai bahan dasar. Pengadukan dan aerasi akan mempercepat proses pembuatan pupuk cair tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar