Kamis, 16 November 2017

 GEOWISATA DAN WISATA TULANG BAWANG



Kehidupan manusia modern kian kompleks, sehingga kebutuhannya pun semakin kompleks pula, didukung dengan media social yang sangat menjamur dikalangan masyarakat, dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia pun gemar berselancar di dunia maya. Sehingga manusia sulit lepas dari media social, Selain media social manusia modern juga perlu melakukan kegiatan pariwisata.   Saat ini tidak  bisa  kita pungkiri kegiatan pariwisata khususnya geowisata kini tengah menjadi trend di masyarakat. Fenomena alam yang dulunya dianggap biasa kini menjadi komoditas bisnis dan menjadi salah satu prospek pengembangan wilayah. Geowisata adalah sebuah kegiatan wisata berkelanjutan dengan fokus utama pada kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal. Bisnis dari geowisata merupakan suatu kegiatan yang menjanjikan karena pariwisata tidak akan bisa berhenti ataupun rugi jika di dikembangkan dan dikelola secara berkelanjutan. Pengembangan harus dilakukan tanpa merusak struktur yang telah ada.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kenampakan geologis yang bervariasi dari Aceh hingga Papua. Pengembangan geowisata di Indonesia terus ditingkatkan dengan tujuan menarik wisatawan domestik dan mancanegara. Wisata geologi dapat dijadikan sarana sosialisasi ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian alam dan pada akhirnya akan tercipta pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Semua wisata geologi di Indonesia yang sangat bervariasi ini perlu dilakukan eksplorasi sehingga Indonesia dapat memajukan sector pariwisata hingga dapat memasok devisa Negara terbesar. Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu dari banyaknya  potensi wisata yang ada di Indonesia yang perlu dilakukan pengembangan dan dan pengelolaan yang berkelanjutan sehingga dapat menjadi suatu destinasi wisata yang diminati.

Akses menuju Tulang Bawang terbilang cukup mudah namun dengan jarak yang cukup jauh yaitu Jarak 120 km dari pusat kota Bandar Lampung menuju kabupaten  Tulang Bawang  dapat dilalui pengunjung dengan kondisi jalan yang baik dan lalu lintas yang terbilang lancar. Pengunjung dari Jakarta dapat mengaksesnya dengan perjalanan darat, melalui pelabuhan Bakauheni, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan  5 jam dengan akses lintas timur atau lintas tengah menuju  kabupaten Tulang Bawang. Bagi yang melakukan penerbangan, setelah tiba di Bandara Radin Inten II – Lampung Selatan – Lampung, pengunjung  dapat melanjutkan perjalanan via darat dengan waktu tempuh  2,5 jam.  

Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten di provinsi Lampung yang berdiri sejak tanggal 20 Maret 1997. Sejak berdiri hingga sekarang kabupaten ini telah mengalami beberapa kali pemekaran hingga terbentuk wilayah Tulang Bawang Barat dan Mesuji.Kabupaten Tulang Bawang terletak antara 30 45’’ – 40 40’’ Lintang Selatan 1040 55’’ – 1050 55’’ Bujur Timur, dan secara fisiografi daerah Tulang Bawang merupakan dataran dengan ketinggian 0 – 39 meter di atas permukaan laut Wilayah ini terletak di bagian hilir dari aliran 2 sungai besar yaitu Way Mesuji dan Way Tulang Bawang yang bermuara ke Laut Jawa yang berada di bagian Timur wilayah Tulang Bawang. Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 15 Kabupaten / Kota di Wilayah Propinsi Lampung, yang secara administratif  berbatasan dengan :

1.                  Sebelah Utara dengan Kabupaten Mesuji
2.                  Sebelah Selatan dengan Kabupaten lampung Tengah
3.                  Sebelah Timur dengan Laut Jawa
4.                  Sebelah Barat dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat

Wilayah Kabupaten Tulang Bawang seluas 346.632,00 Ha merupakan daerah agraris , yang ditujukan dengan mata pencaharian pokok, penduduknya di sektor pertanian. Hampir sebagian besar wilayah kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah dataran dan rawa serta alluvial. Dengan jenis tanah penyusun terdiri dari aluvial, regosol, andosol, podsolik coklat, latosol dan podsolik merah kuning. Pada bagian utara terdapat lapisan sedimen vulkanis dari celah (firaves errution) yang mengalami pelipatan di zaman peistosin tuan yang menghasilkan lapisan minyak bumi di dalam 4 seri lapisan Palembang (Palembang Bed).  Lapisan Palembang yang terdapat di Tulang Bawang yaitu di daerah Menggala yang ditandai dengan singkatan endapan Tulfa Massam.

Secara topografi daerah Tulang Bawang dibagi menjadi 4 bagian:
a.  Daerah daratan, ini merupakan daerah terluas yang dimanfaatkan untuk pertanian dan cadangan pengembangan transmigrasi.
b.  Daerah rawa, terdapat sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0-1 m, yang merupakan daerah rawa pasang surut yang pemanfaatannya untuk
     perawatan pasang surut..
c.  Daerah River Basin, terdapat 2 River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang, dan River Basin sungai-­sungai kecil lainnya. Pada areal River Basin Sungai Tulang Bawang dengan anak - anak sungainya membentuk pola aliran sungai "dendritic" yang umumnya merupakan sungai-sungai di Lampung.  Daerah ini memiliki luas  10050 Km²  dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk pengembangan tambak udang.
d. Daerah Alluvial, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan bagian hilir (down steem dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang, dan
     Mesuji) dimanfaatkan untuk pelabuhan.

Walaupun secara geografis kabpaten ini berbatasan secara langsung dengan laut jawa di sebelah timur, namun potensi geowisata bahari kuurang terekspose dikarenakan kabupaten ini belum sepenuh nya menggarap potensi daripada wisata bahari, akan tetapi potensi geowisata di kabupaten ini sangatlah bervariasi. Berikut ini beberapa hal yang dapat menjadi suatu kepuasan  tersendiri apabila kita berwisata di kabupaten tulang bawang, dari wisata budaya, pertanian, hingga wisata mitologi. Berikut ini wisata pendukung dari kegiatan pariwisata di bidang geowisata:



1.  TIYUH TOHO (DESA TUA) MENGGALA HINGGA PAGAR DEWA

Bagi kamu penyuka nilai nilai sejarah dan kandungan budaya daerah, kunjungan ke Tiyuh (desa) Toho (tua) Menggala adalah pilihan tepat. Dalam sejarah, yang disebut Tiyuh Toho adalah kawasan Pagardewa, mengingat Pagardewa adalah kawasan pertama yang ada di Tulang Bawang sebelum kemudian bermunculan nama nama desa lainnya.  Hal ini ditandai dengan adanya makam makam keramat yang bisa kamu jumpai di dalam desa Pagardewa yang dalam catatan prasasti, para mendiang yang wafat tersebut telah mendiami Pagardewa sejak abad ke 5 dan ke 6 sesudah masehi.  Jadi jika kamu berkunjung ke Tulang Bawang jangan lupa untuk mendatangi kawasan Pagardewa yang masih sangat terjaga keasriannya. Meski secara administratif, Pagardewa kini masuk dalam bagian wilayah Tulang Bawang Barat, namun Pagardewa tidak bisa dilepaskan dari cikal bakal terbentuknya kawasan Tulang Bawang. Dalam Tiyuh Pagardewa, kamu dapat melihat secara langsung aktivitas masyarakat setempat, menikmati aliran sungai  yang terletak di sisi kiri dan kanan Tiyuh Pagardwa, juga bisa melihat rumah rumah panggung yang usianya mencapai 200 tahun serta dapat menjumpai tetua adat yang dengan senang hati  bila diajak berbincang banyak hal seputar sejarah, silsilah kekerabatan, kisah kerajaan hingga tata adat istiadat secara lengkap.


Gambar 1. Peninggalan Dermaga Besar di kampong Toho Menggala.

2. WISATA CAKAT RAYA.

Pemerintah kabupaten Tulang bawang sebetulnya memiliki aset yang besar untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata populer dalam diri Wisata Cakat Raya. Tempat ini sangat representatif dan edukatif untuk dijadikan tempat rekreasi. Bangunan menyerupai Candi Prambanan dengan latar belakang pemandangan hamparan padang luas beberapa tahun belakangan naik daun. Lokasi tersebut menjadi andalan anak muda dari Tulangbawang dan sekitarnya untuk jadi obyek foto. Bahkan bila sore hari, bangunan ini ramai dikunjungi anak muda untuk sekadar kongko bersama teman-temannya.

Selain bangunan candi yang tak begitu besar, di dekatnya terdapat puluhan bangunan rumah adat asal berbagai daerah di Indonesia. Sayangnya, satu bangunan yang merupakan rumah adat suku Batak belum lama ini terbakar. Kayu berwarna hitam yang sudah menjadi arang sisa-sisa musibah kebakaran pun masih terlihat kala Tribun Lampung menyambangi daerah wisata Cakat Raya di sela-sela penilaian desa wisata tingkat Provinsi Lampung, beberapa hari lalu


Gambar 2. Rumah-Rumah Adat dan bangunan masjid yang bersejarah.



Gambar 3. Miniatur Prambanan yang fenomenal.

Tempat ini sangat representatif dan edukatif untuk dijadikan tempat rekreasi. Di dalam kawasan Cakat Raya terdapat miniatur candi Prambanan, rumah adat berbagai daerah di Indonesia dan masih banyak lagi. Kabupaten Tulang Bawang tak hanya didiami oleh suku Lampung Pepadun saja tetapi juga merupakan tempat tinggal dan kawasan transmigrasi bagi banyak suku. Sebut saja suku Minangkabau, Jawa, Sunda, Batak, Bali hingga etnis Tionghua hidup berdampingan di Tulang Bawang. Itulah sebabnya sebagai pewujudan penghargaan terhadap keberagaman yang ada di Tulang Bawang dibangunlah kawasan wisata Cakat Raya yang mengetengahkan bangunan adat dari suku suku yang ada di Tuang Bawang  hingga miniature candi prambanan. Kawasan ini ditujukan juga sebagai lokasi wisata dan tempat penyelenggaraan perayaan adat. Sayang, kawasan ini tidak begitu terpelihara dengan maksimal. Saat kunjungan saya pada 26 Oktober 2016 silam, sebagian besar dari rumah panggung yang ada dalam kawasan wisata Cakat Raya nampak rusak.



3.  KERBAU RAWA DAN  MIGRASI BURUNG LANGKA

Pada bagian kecamatan Menggala dan kecamatan Menggala Timur – Tulang Bawang, kamu bisa melihat sekumpulan kerbau rawa yang telah mendiami rawa rawa di kawasan tersebut sejak dulu. Kerbau kerbau rawa tersebut berkembangbiak setiap tahunnya.  Konon kini, jumlahnya mencapai lebih dari  3.000 ekor kerbau. Sekumpulan Kerbau ini mendiamui kawasan Padang Pemukou dengan akses ke lokasi dapat di capai melalui sepeda motor sekitar 2 kilometer  dan di lanjutkan dengan berjalan kaki melalui bentangan rawa. Satu spot lainnya yang juga belum digarap dengan sempurna padahal menyimpan potensi wisata yang besar adalah Rawa Pitu. Rawa ini visa traveler jumpai di kecamatan Gedungaji dan menjadi salah satu area konservasi di kabupaten Tulang Bawang. Selain Rawa Pitu di Tulang bawang ada satu spot lagi untuk menyaksikan kawanan burung yang langka bermigrasi yaitu di Rawa Pacing. Rawa ini setiap tahun menjadi langganan bagi satwa burung langka dari Australia yang bermigrasi. Umumnya burung-burung tersebut transit dalam waktu yang cukup lama sebelum melanjutkan migrasinya. Apabila wisatawan dapat melihat momen-momen ini merupakan suatu kepuasan yang mendalam.
Gambar 4. Ribuan kerbau berkubang di rawa


Gambar 5. Rawa Pacing, tempat transit burung-burung langka bermigrasi




4.              KULINER LEZAT

Tak lengkap rasanya mengunjungi sebuah kawasan tanpa memanjakan selera bersantap. Ada beragam pilihan kuliner lezat khas Tulang Bawang. Salah satu yang khas dari provinsi Lampung tentu adalah Seruit, tetapi Seruit di Tulang Bawang memiliki cita rasa yang khas. Bagaimana tidak, aktivitas Nyeruit atau makan bersama dengan jenis hidangan atau makanan olahan yakni Seruit yang menjadi menu utama telah menjadi tradisi masyarakat Tulang Bawang sejak dulu.  Beragam pillihan tempat makan dengan   sajian sajian Seruit lezat di kota Menggala – Tulang Bawang. Salah satunya adalah Rumah Makan Seruit Aroma yang sempat saya datangi dengan sajian istimewa. Pindang Baung, ikan Tomang bakar berpadu lezat dengan sambal terasi khas menggala dan beragam lalapan lengkap. Sungguh cita rasa yang istimewa. Bagi yang tiba di Menggala singgahlah ke Rumah Makan Seruit Aroma yang letaknya dipinggir jalan persis di sebelah kampus MegouPak dan di depan Rumah Sakit Umum Daerah Tulang Bawang.


Gambar 6. Kuliner Khas di cakat Raya, Tulang Bawang




5. MONUMEN PATUNG TUGU RATO

Monumen Patung Rugu Rato adalah ikon baru yang lagi hits di kalangan anak muda yang tinggal di daerah Tulang Bawang. Monumen ini berada di wilayah administratif Kampung Rawa Kebo, Panaragan Jaya, kabupaten Tulang Bawang Barat. Tak butuh waktu lama untuk menjadikan bangunan ini sebagai suatu landmark baru yang menjadi suatu pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar.

Gambar 6. Monumen Tugu Rato
Monumen yang diberi nama Tugo Rato, dibangun tepat di simpang tiga Tiyuh Kaguangan Ratu dan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tubaba terlihat hampir setiap sore ramai dikunjungi dan dipadati oleh masyarakat dari beberapa kalangan, termasuk dari luar daerah, mulai dari anak-anak remaja bahkan dewasa, untuk berfoto mengabadikan gambar tugu bersejarah tersebut. Terlebih semenjak beredarnya isu tentang berubahnya Posisi pada patung ratu yang di isukan maju beberapa centi meter dari patung raja. Salah satu warga tiyuh Kagungan ratu, Kecamatan Tulang Bawang Udik (TBU) yang mengaku kerap datang ke tugu. Ia mengatakan, bahwa posisi patung ratu, maju selangkah tidak sejajar lagi dengan patung sang raja.



6. SUNGAI TULANG BAWANG

Sungai terbesar di lampung bisa traveler jumpai di kabupaten Tulang bawang yang membelah wilayah kota Menggala menjadi dua bagian. Adalah Way Tulang Bawang, sungai dengan lebar 200 meter dan panjang puluhan kilometer punya potensi besar untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata air. Dari sungai-sungai ini menghasilkan beberapa rawa-rawa. Rawa Tulang Bawang merupakan lahan basah tersisa yang terbaik di Sumatera. Beberapa wilayah rawa alam yang masih banyak menyimpan keaslian lingkungan alam setempat, akan lebih indah lagi bila berkunjung didaerah rawa ini pada musim penghujan karena pemandangan yang akan didapat lebih  indah. dan juga para pencari ikan akan memberikan tumpangan gratis mereka agar kita bisa menikmati alam lebih dekat. berikut isinya adalah : Rawa Pacing dan Rawa Kandis serta bagian-bagian dari Rawa Bujung Tenu.

Sekitar tahun 1750-an, Perusahaan Hindia-Belanda VOC bersaing dengan Imperium Britania dan Kesultanan Palembang untuk menguasai Lampung, terutama dalam bidang perniagaan rempah-rempah. Awalnya daerah ini dianggap kurang menguntungkan untuk penduduk Tulang Bawang setempat yang cenderung menghindari konflik lokal. Pada tahun 1751 sebuah pos Belanda diserang dan direbut oleh seorang penguasa daerah. Barulah pada pertengahan tahun 1800-an pemerintah Hindia Belanda berhasil menaklukkan para penguasa lokal dan mendirikan administrasi resmi pada kedua tepian sungai. Pada pergantian abad ke-20, tepian sungai Tulangbawang dan anak-anak sungainya dihuni oleh sekitar 30.000 penduduk, dibandingkan dengan daerah-daerah yang jarang dihuni semakin jauh dari sungai. Kebanyakan orang suku Lampung (suku Abung) tinggal di dalma rumah-rumah tradisional mereka

Gambar 7. Sungai Tulang Bawang
Sungai tulang bawang bisa dijadikan suatu destinasi geowisata yang berpotensi menjadi geopark apabila semua pihak mendukung untuk dilakukan suatu perubahan prilaku masyarakat, pengembangan sarana dan prasarana sehingga potensi wisata di tulang bawang dapat menjadi salah satu pendapatn bagi masyarakat tulang bawang selain di bidang agronomi.



Lokasi geowisata harus dilengkapi dengan papan atau wahana yang memuat informasi sejarah terbentuknya fenomena alam tersebut. Jadi para pengunjung bukan hanya menikmati panorama alam namun juga memahami proses terbentuknya sehingga timbul kesadaran untuk menjaga anugerah Tuhan tersebut.Keberadaan lokasi geowisata harus memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Manfaat tersebut bisa dalam bentuk ekonomi, sosial, pendidikan atau lainnya. Ditemukannya potensi geologi dapat membuka pembangunan di daerah mulai dari jalan, fasilitas sosial dan lainnya. Daerah yang tadinya sepi dan tidak dikenal orang bisa mulai maju dan sama seperti daerah lainnya.