KEADAAN GEOLOGI DESA BUMI
DAYA DALAM RANGKA TATAGUNA LAHAN PERTANIAN PMI PURNA PADA LAHAN CADAS
Bentuk
lahan pertanian di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu lahan kering dan lahan basah Pengembangan pertanian di lahan kering
diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam bidang pertanian di
Indonesia sehingga dapat mewujudkan swasembada pangan. Lahan kering dapat
menjadi salah satu sumber daya yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan
pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Sebaran lahan kering salah satunya di Desa Bumidaya, Kecamatan Palas sebagai
lokasi Kuliah Kerja Nyata.
Potensi
pertanian lahan kering Bumidaya digunakan untuk tegalan seluas 750 hektar
dengan komoditas jagung, dan padi . Lahan kering selain berpotensi meningkatkan
ketahanan pangan juga mempunyai beberapapermasalahan seperti rendahnya kadar
air tanah, besarnya limpasan permukaan, tingginya nilai sedimentasi.
Permasalahan-permasalahan ini dapat menyebabkan berkurangnya produksi tanaman pangan,
menurunkan kuantitas air, hingga kekeringan, sehingga banyak petani di desa
Bumidaya mengalami gagal panen.
Konsekuensi
yang harus diterima para petani yaitu gagal panen, atau mengeluarkan modal
untuk membeli mesin penyedot air atau yang sering sebut oleh para petani yaitu
“ sibel”. Sibel ini menggunakan bahan
bakar yang di modifikasi sehingga memanfaatkan Liquid Petroleum Gas(LPG), dalam pemanfaatan LPG ini petani dapat
mengahabiskan 9-15 Kg/ minggu gas LPG, atau 3-5 tabung gas subsidi 3 Kg, hal
ini membuat para petani mengeluarkan modal yang sangat besar apabila tidak
ingin sawahnya gagal panen. Lahan yang kering ini disebabkan oleh persebaran
batuan cadas yang mendominasi lahan pertanian di Desa Bumidaya.
Persebaran
ini diketahui dengan sampling batuan yang ada di lahan pertanian di desa
Bumidaya, sehingga dapat diidentifikasi kandungan yang ada.
n
Gambar 1.
Pengambilan sample tanah
Secara
geologi batuan cadas terbentuk dari kontak bermacam-macam mineral diantara nya
yaitu mineral kuarsa, dan mika fieldspar, sehingga memiliki karakteristik
antara lain:
1.
Mempunyai tekstur atau bentuk tanah yang sangat padat.
Salah satu yang ciri yang melekat kuat pada tanah Cadas dan
sekaligus menjadi ciri khas dari tanah Cadas adalah kepadatannya yang luar
biasa dibandingkan dengan jenis tanah lainnya, sehingga tanah ini akan lebih
tampak sebagai batuan daripada tanah pada umumnya. Tanah Cadas ini mempunyai
tekstur yang sangat padat karena kandungan mineral yang ada di dalam tanha
tersebut sudah dikeluarkan oleh air. Sehingga tanah ini tidak mengandung minerl
dan strukturnya terlihat sangat Cadas hingga menyerupai batu
- Mempunyai
kandungan organik yang sangat rendah
Tanah
Cadas merupakan lapisan tanah yang tidak mempunyai kandungan bahan- bahan organik
yang tinggi. Dengan kata lain, kandungan bahan organik yang ada dalam tanah
tersebut berjumlah sangat rendah. Karena kandungan bahan organik yang rendah
inilah tanah Cadas ini merupakan tanah yang tidak cocok untuk bercocok tanam.
Hal ini karena kandungan organik yang rendah tersebut menandakan bahwa tanah Cadas
ini bukanlah jenis tanah yang subur.
- Mempunyai
sifat sangat sulit menyerap air
Tanah
Cadas merupakan tanah yang mempunyai sifat sulit untuk menyerap air. Namun
meskipun sulit, tanah Cadas ini tetap mampu atau bisa untuk menyerap air
- Biasanya
terletak di lapisan tanah bagian bawah
Tanah
Cadas merupakan jenis tanah yang biasanya ditemukan di dalam tanah dengan kedalaman
tertentu. tanah Cadas ini biasanya akan didahului oleh beberapa jenis tanah
lainnya. Tanah Cadas ini akan ditemukan setelah kita menggalin pada kedalaman
beberapa meter di dalam tanah. Oleh karena letaknya yang berada di kedalaman
tertentu dan juga karena ditindih oleh lapisan- lapisan tanah yang ada di
atasnya maka tanah ini menjadi bertekstur padat dan tidak mepuntai
kandungan air dan juga kandungan mineral.
Berdasarkan ciri atau karakteristik yang
dimiliki oleh tanah padas. Dari ciri- ciri yang dimiliki oleh tanah padas
tersebut sudah terlihat bahwa tanah padas merupakan salah satu jenis tanah yang
sulit dimanfaatkan dalam bidang pertanian,
karena kesuburan tanah yang kurang baik.
Oleh karena itu definisi kesuburan tanah dibedakan lagi menjadi dua
yaitu kesuburan tanah aktual, yaitu kesuburan tanah hakiki (aseli/alamiah) dan
kesuburan tanah potensial, yaitu kesuburan tanah maksimum yang dapat diperoleh
dengan intervensi teknologi yang mengoptimumkan semua faktor, misalnya dengan
memasang instalasi pengairan untilk lahan yang tidak tersedia air secara terus
menerus atau yang lainnya.
Nilai kesuburan tanah tidak dapat diukur
atau diamati tetapi hanya dapat diperkirakan (ditaksir). Perkiraan nilainya
dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang
terukur, yang kemudian dihubungkan/dikaitkan dengan penampilan (performance)
tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah
juga dapat ditaksir dengan mengamati keadaan tanaman secara langsung.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya
bahwa nilai kesuburan tanah merupakan interaksi dari beberapa komponen termasuk
keberadaan bahan organik dan mikroorganisme yang berada di dalam tanah.
Keberadaan mikroorganisme ini semakin berkurang seiring dengan peningkatan
penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Padahal keberadaan mikroorganisme
tersebut dibutuhkan untuk perombakan bahan organik agar tersedia untuk tanaman,
menekan perkembangan mikroorganisme tanah yang dapat menimbulkan penyakit pada
tanaman dan yang lainnya.
Pengembalian bahan organik sudah jarang
dilakukan lagi karena dinilai tidak praktis, padahal dalam bahan organik
tersebut juga tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman selain juga dapat
memperbaiki struktur tanah (keras menjadi lebih gembur).
Kita tahu begitu banyaknya petani kita belum
memahami bahwa idealnya tanah sebagai media tumbuh tanaman perlu keseimbangan
aspek fisika, kimia, dan biologi. Bahkan, di antara kita yang sudah tahu hal
tersebut tidak mau tahu.
Indikasinya, puluhan tahun lahan pertanian
intensif nyaris tidak disuplai pupuk hayati sebagai salah satu aspek biologi.
Bahkan hanya memaksakan diri menyuplai dengan jumlah berlebihan pupuk dan
pestisida kimia sintetis.
Akibatnya, tanah
kita sakit kronis komplikatif dengan indikasinya C organik hanya 1%, padahal
dahulu 3%, residu logam berat hasil pertanian mendekati ambang batas, akibatnya
ditolak pasar dunia. Tentu ada alasan kesehatan tapi tetap kita konsumsi dan
tetap kita produksi.Kita bagai
hanya menambang C organik tanah berlebihan dalam jangka panjang tanpa menyuplai
bahan organik berlebihan pula. Kita bagai menikmati kekayaan mikroba/ pupuk
hayati tersedia tapi tanpa membiakkan (inokulan) di lahan.
Berikut merupakan langkah-langkah menyehatkan lahan tandus
atau cadas menjadi lahan pertanian secara ramah lingkungan dan
berkelanjutan: benamkan jerami (jangan dibakar) karena memiliki
kelebihan-kelebihan luar biasa, di antaranya menyediakan P dan K sangat tinggi
dan media berbiaknya mikroba. Hasil penelitian Sugiyanta dan Irman (2010)
menunjukkan bahwa hasil gabah basah per hektar tanaman padi yang menggunakan
pupuk hayati + 0.5 dosis NPK + jerami atau pupuk kandang + pupuk hayati + 0.5
dosis NPK + jerami lebih tinggi ± 11% daripada hasil gabah tanaman padi yang
menggunakan pupuk NPK kimia sintetis saja.
1. Pupuk organik yang akan digunakan
perlu diolah dengan baik. Di banyak lokasi limbah ternak unggas hanya
dionggokkan di tepi jalan, merupakan pemandangan yang tidak nyaman, menimbulkan
bau yang tidak sedap serta menjadi tempat lalat berkerumun. Aplikasi langsung
limbah segar dari industri peternakan hanya akan membawa vektor atau pathogen
ke lahan pertanian. Usaha pengomposan yang benar perlu diterapkan di wilayah
tersebut.
2.
Pupuk
organik yang diberikan pada lahan pasir hanya bertahan dalam waktu 10-15 tahun,
hal ini disebabkan perombakan yang intensif oleh mikrobia pada suasana iklim
yang lebih hangat. Kadar lempung yang secara alami memang sangat rendah
menyebabkan fraksi bahan organik terbuka tidak ada yang mengikat atau
melindungi, sehingga sangat mudah diserang mikroba perombak. Buku yang ditulis
oleh Huang dkk. (2008) “Soil
Mineral–Microbe-Organic Interactions“ menjelaskan banyak hal
mengenai interaksi antara mineral, organik dan mikrobia dalam tanah. Sebagai
alternatif pupuk organik matang tersebut diolah terlebih dahulu dengan bahan
mineral lempung menjadi bentuk organo-mineral, baru diberikan ke lahan
pertanian. Dalam formula baru ini dapat ditambahkan unsur hara mikro, mikrobia
yang bermanfaat, maupun senyawa pengatur tumbuh.
3.
Fraksi lempung perlu ditingkatkan di lahan
pasiran. Aplikasi lempung membutuhkan biaya dan ongkos yang tidak sedikit.
Sebagai alternatif biomassa yang ada di wilayah ini dikonversi menjadi arang,
dengan proses pirolisis atau pembakaran tanpa oksigen. Pembakaran konvensional
yang menyisakan abu sebaiknya dihentikan diganti dengan pengarangan. Arang
berfungsi sebagai bahan penjerap yang mampu menaikkan daya simpan dan lepas
terhadap unsur hara dan lengas dalam tanah. Arang dapat bertahan sampai ratusan
tahun karena tahan terhadap perombakan mikrobia. Reaktor
pengarangan dapat dibuat dengan memodifikasi tungku pembakaran bata atau
keramik yang sudah ada. Tulisan lengkap mengenai aplikasi arang dapat dibaca
pada buku yang diedit oleh Lehmann dan Joseph (2009) berjudul “Biochar for
environmental management : science and technology”.
4.
Agar
kebutuhan hara yang relatif besar dan singkat untuk budidaya sayur dan buah
seperti bawang merah, lombok, semangka dan melon perlu aplikasi pupuk cair yang
diberikan dengan penyemprotan pada daun atau dialirkan bersama air irigasi.
Pembuatan pupuk organik cair dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bak beton
(eks sumur rentang) yang tidak terpakai. Kotoran sapi dan kambing berupa feses
(padat) dan urine dapat digunakan sebagai bahan dasar. Pengadukan dan aerasi
akan mempercepat proses pembuatan pupuk cair tersebut.