GEOWISATA DAN WISATA TULANG BAWANG
Kehidupan manusia modern kian
kompleks, sehingga kebutuhannya pun semakin kompleks pula, didukung dengan
media social yang sangat menjamur dikalangan masyarakat, dari anak-anak,
remaja, dewasa, hingga lansia pun gemar berselancar di dunia maya. Sehingga manusia
sulit lepas dari media social, Selain media social manusia modern juga perlu
melakukan kegiatan pariwisata. Saat ini tidak bisa
kita pungkiri kegiatan pariwisata khususnya geowisata kini tengah
menjadi trend di masyarakat. Fenomena alam yang dulunya dianggap biasa kini
menjadi komoditas bisnis dan menjadi salah satu prospek pengembangan wilayah.
Geowisata adalah sebuah kegiatan wisata berkelanjutan dengan fokus utama pada
kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman lingkungan
hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal. Bisnis
dari geowisata merupakan suatu kegiatan yang menjanjikan karena pariwisata
tidak akan bisa berhenti ataupun rugi jika di
dikembangkan dan dikelola secara berkelanjutan. Pengembangan harus dilakukan
tanpa merusak struktur yang telah ada.
Indonesia merupakan negara yang
memiliki kenampakan geologis yang bervariasi dari Aceh hingga Papua.
Pengembangan geowisata di Indonesia terus ditingkatkan dengan tujuan menarik
wisatawan domestik dan mancanegara. Wisata geologi dapat dijadikan sarana
sosialisasi ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian alam
dan pada akhirnya akan tercipta pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis
kearifan lokal. Semua wisata geologi di Indonesia yang sangat bervariasi
ini perlu dilakukan eksplorasi sehingga Indonesia dapat memajukan sector
pariwisata hingga dapat memasok devisa Negara terbesar. Kabupaten Tulang Bawang
merupakan salah satu dari banyaknya
potensi wisata yang ada di Indonesia yang perlu dilakukan pengembangan
dan dan pengelolaan yang berkelanjutan sehingga dapat menjadi suatu destinasi
wisata yang diminati.
Akses menuju Tulang Bawang terbilang cukup mudah namun dengan
jarak yang cukup jauh yaitu Jarak 120 km dari pusat kota Bandar Lampung menuju
kabupaten Tulang Bawang dapat dilalui
pengunjung dengan kondisi jalan yang baik dan lalu lintas yang terbilang
lancar. Pengunjung dari Jakarta dapat mengaksesnya dengan perjalanan darat,
melalui pelabuhan Bakauheni, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan 5 jam dengan akses lintas timur atau lintas
tengah menuju kabupaten Tulang Bawang. Bagi yang melakukan
penerbangan, setelah tiba di Bandara Radin Inten II – Lampung Selatan –
Lampung, pengunjung dapat
melanjutkan perjalanan via darat dengan waktu tempuh 2,5 jam.
Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten di provinsi Lampung
yang berdiri sejak tanggal 20 Maret 1997. Sejak berdiri hingga sekarang
kabupaten ini telah mengalami beberapa kali pemekaran hingga terbentuk wilayah
Tulang Bawang Barat dan Mesuji.Kabupaten Tulang Bawang terletak
antara 30 45’’ – 40 40’’ Lintang Selatan 1040
55’’ – 1050 55’’ Bujur Timur, dan secara fisiografi daerah Tulang
Bawang merupakan dataran dengan ketinggian 0 – 39 meter di atas permukaan laut
Wilayah ini terletak di bagian hilir dari aliran 2 sungai besar yaitu Way
Mesuji dan Way Tulang Bawang yang bermuara ke Laut Jawa yang berada di bagian
Timur wilayah Tulang Bawang. Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 15 Kabupaten
/ Kota di Wilayah Propinsi Lampung, yang secara administratif berbatasan dengan
:
1.
Sebelah Utara dengan Kabupaten Mesuji
2.
Sebelah Selatan dengan Kabupaten lampung Tengah
3.
Sebelah Timur dengan Laut Jawa
4.
Sebelah Barat dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat
Wilayah Kabupaten
Tulang Bawang seluas 346.632,00 Ha merupakan daerah agraris , yang ditujukan
dengan mata pencaharian pokok, penduduknya di sektor pertanian. Hampir sebagian
besar wilayah kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah dataran dan rawa serta
alluvial. Dengan jenis tanah penyusun terdiri dari aluvial, regosol, andosol,
podsolik coklat, latosol dan podsolik merah kuning. Pada bagian utara terdapat
lapisan sedimen vulkanis dari celah (firaves errution) yang mengalami pelipatan
di zaman peistosin tuan yang menghasilkan lapisan minyak bumi di dalam 4 seri
lapisan Palembang (Palembang Bed). Lapisan Palembang yang terdapat di
Tulang Bawang yaitu di daerah Menggala yang ditandai dengan singkatan endapan
Tulfa Massam.
Secara topografi
daerah Tulang Bawang dibagi menjadi 4 bagian:
a. Daerah
daratan, ini merupakan daerah terluas yang dimanfaatkan untuk pertanian dan
cadangan pengembangan transmigrasi.
b. Daerah
rawa, terdapat sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0-1 m, yang merupakan
daerah rawa pasang surut yang pemanfaatannya untuk
perawatan pasang surut..
c. Daerah
River Basin, terdapat 2 River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang,
dan River Basin sungai-sungai kecil lainnya. Pada areal River
Basin Sungai Tulang Bawang dengan anak - anak sungainya membentuk pola aliran
sungai "dendritic" yang umumnya merupakan sungai-sungai di Lampung. Daerah ini memiliki luas
10050 Km² dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk pengembangan
tambak udang.
d. Daerah
Alluvial, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan bagian hilir (down steem
dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang, dan
Mesuji) dimanfaatkan untuk pelabuhan.
Walaupun
secara geografis kabpaten ini berbatasan secara langsung dengan laut jawa di
sebelah timur, namun potensi geowisata bahari kuurang terekspose dikarenakan
kabupaten ini belum sepenuh nya menggarap potensi daripada wisata bahari, akan
tetapi potensi geowisata di kabupaten ini sangatlah bervariasi. Berikut ini
beberapa hal yang dapat menjadi suatu kepuasan
tersendiri apabila kita berwisata di kabupaten tulang bawang, dari
wisata budaya, pertanian, hingga wisata mitologi. Berikut ini wisata pendukung
dari kegiatan pariwisata di bidang geowisata:
1. TIYUH TOHO (DESA
TUA) MENGGALA HINGGA PAGAR DEWA
Bagi
kamu penyuka nilai nilai sejarah dan kandungan budaya daerah, kunjungan ke
Tiyuh (desa) Toho (tua) Menggala adalah pilihan tepat. Dalam sejarah, yang
disebut Tiyuh Toho adalah kawasan Pagardewa, mengingat Pagardewa adalah kawasan
pertama yang ada di Tulang Bawang sebelum kemudian bermunculan nama nama desa
lainnya. Hal ini ditandai dengan adanya makam makam keramat yang
bisa kamu jumpai di dalam desa Pagardewa yang dalam catatan prasasti, para
mendiang yang wafat tersebut telah mendiami Pagardewa sejak abad ke 5 dan ke 6
sesudah masehi. Jadi jika kamu berkunjung ke Tulang Bawang jangan
lupa untuk mendatangi kawasan Pagardewa yang masih sangat terjaga keasriannya.
Meski secara administratif, Pagardewa kini masuk dalam bagian wilayah Tulang
Bawang Barat, namun Pagardewa tidak bisa dilepaskan dari cikal bakal
terbentuknya kawasan Tulang Bawang. Dalam Tiyuh Pagardewa, kamu dapat melihat
secara langsung aktivitas masyarakat setempat, menikmati aliran
sungai yang terletak di sisi kiri dan kanan Tiyuh Pagardwa, juga
bisa melihat rumah rumah panggung yang usianya mencapai 200 tahun serta dapat
menjumpai tetua adat yang dengan senang hati bila diajak berbincang
banyak hal seputar sejarah, silsilah kekerabatan, kisah kerajaan hingga tata
adat istiadat secara lengkap.
Gambar 1. Peninggalan Dermaga Besar di kampong
Toho Menggala.
2. WISATA CAKAT RAYA.
Pemerintah
kabupaten Tulang bawang sebetulnya memiliki aset yang besar untuk dikembangkan
sebagai tujuan wisata populer dalam diri Wisata Cakat Raya. Tempat ini sangat
representatif dan edukatif untuk dijadikan tempat rekreasi. Bangunan menyerupai
Candi Prambanan dengan latar belakang pemandangan hamparan padang luas beberapa
tahun belakangan naik daun. Lokasi tersebut menjadi andalan anak muda dari
Tulangbawang dan sekitarnya untuk jadi obyek foto. Bahkan bila sore hari,
bangunan ini ramai dikunjungi anak muda untuk sekadar kongko bersama
teman-temannya.
Selain bangunan candi yang tak begitu besar, di dekatnya
terdapat puluhan bangunan rumah adat asal berbagai daerah di Indonesia.
Sayangnya, satu bangunan yang merupakan rumah adat suku Batak belum lama ini
terbakar. Kayu berwarna hitam yang sudah menjadi arang sisa-sisa musibah
kebakaran pun masih terlihat kala Tribun Lampung menyambangi daerah wisata
Cakat Raya di sela-sela penilaian desa wisata tingkat Provinsi Lampung,
beberapa hari lalu
Gambar 2. Rumah-Rumah Adat dan
bangunan masjid yang bersejarah.
Gambar 3. Miniatur Prambanan
yang fenomenal.
Tempat
ini sangat representatif dan edukatif untuk dijadikan tempat rekreasi. Di dalam
kawasan Cakat Raya terdapat miniatur candi Prambanan, rumah adat berbagai
daerah di Indonesia dan masih banyak lagi. Kabupaten Tulang Bawang tak
hanya didiami oleh suku Lampung Pepadun saja tetapi juga merupakan tempat
tinggal dan kawasan transmigrasi bagi banyak suku. Sebut saja suku Minangkabau,
Jawa, Sunda, Batak, Bali hingga etnis Tionghua hidup berdampingan di Tulang
Bawang. Itulah sebabnya sebagai pewujudan penghargaan terhadap keberagaman yang
ada di Tulang Bawang dibangunlah kawasan wisata Cakat Raya yang mengetengahkan
bangunan adat dari suku suku yang ada di Tuang
Bawang hingga miniature
candi prambanan. Kawasan ini ditujukan juga sebagai lokasi wisata dan tempat
penyelenggaraan perayaan adat. Sayang, kawasan ini tidak begitu terpelihara
dengan maksimal. Saat kunjungan saya pada 26 Oktober 2016 silam, sebagian besar
dari rumah panggung yang ada dalam kawasan wisata Cakat Raya nampak rusak.
3.
KERBAU RAWA
DAN MIGRASI BURUNG LANGKA
Pada
bagian kecamatan Menggala dan kecamatan Menggala Timur – Tulang Bawang, kamu
bisa melihat sekumpulan kerbau rawa yang telah mendiami rawa rawa di kawasan
tersebut sejak dulu. Kerbau kerbau rawa tersebut berkembangbiak setiap
tahunnya. Konon kini, jumlahnya mencapai lebih dari 3.000
ekor kerbau. Sekumpulan Kerbau ini mendiamui kawasan Padang Pemukou dengan
akses ke lokasi dapat di capai melalui sepeda motor sekitar 2
kilometer dan di lanjutkan dengan berjalan kaki melalui bentangan
rawa. Satu spot lainnya yang juga belum digarap dengan sempurna
padahal menyimpan potensi wisata yang besar adalah Rawa Pitu. Rawa ini visa
traveler jumpai di kecamatan Gedungaji dan menjadi salah satu area konservasi
di kabupaten Tulang Bawang. Selain Rawa Pitu di
Tulang bawang ada satu spot lagi untuk menyaksikan kawanan burung yang langka
bermigrasi yaitu di Rawa Pacing. Rawa ini setiap tahun menjadi langganan bagi
satwa burung langka dari Australia yang bermigrasi. Umumnya burung-burung tersebut
transit dalam waktu yang cukup lama sebelum melanjutkan migrasinya. Apabila wisatawan
dapat melihat momen-momen ini merupakan suatu kepuasan yang mendalam.
Gambar 4. Ribuan kerbau berkubang di rawa
Gambar 5. Rawa Pacing,
tempat transit burung-burung langka bermigrasi
4. KULINER
LEZAT
Tak lengkap rasanya mengunjungi sebuah kawasan
tanpa memanjakan selera bersantap. Ada beragam pilihan kuliner lezat khas Tulang
Bawang. Salah satu yang khas dari provinsi Lampung tentu adalah Seruit, tetapi
Seruit di Tulang Bawang memiliki cita rasa yang khas. Bagaimana tidak,
aktivitas Nyeruit atau makan bersama dengan jenis hidangan atau makanan olahan
yakni Seruit yang menjadi menu utama telah menjadi tradisi masyarakat Tulang
Bawang sejak dulu. Beragam pillihan tempat makan
dengan sajian
sajian Seruit lezat di kota Menggala – Tulang Bawang. Salah satunya adalah
Rumah Makan Seruit Aroma yang sempat saya datangi dengan sajian istimewa.
Pindang Baung, ikan Tomang bakar berpadu lezat dengan sambal terasi khas
menggala dan beragam lalapan lengkap. Sungguh cita rasa yang istimewa. Bagi
yang tiba di Menggala singgahlah ke Rumah Makan Seruit Aroma yang letaknya
dipinggir jalan persis di sebelah kampus MegouPak dan di depan Rumah Sakit Umum
Daerah Tulang Bawang.
Gambar 6. Kuliner Khas di cakat Raya, Tulang Bawang
5. MONUMEN PATUNG TUGU RATO
Monumen
Patung Rugu Rato adalah ikon baru yang lagi hits di kalangan anak muda yang
tinggal di daerah Tulang Bawang. Monumen ini berada di wilayah administratif
Kampung Rawa Kebo, Panaragan Jaya, kabupaten Tulang Bawang Barat. Tak butuh
waktu lama untuk menjadikan bangunan ini sebagai suatu landmark baru yang
menjadi suatu pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar.
Gambar 6. Monumen Tugu Rato
Monumen
yang diberi nama Tugo Rato, dibangun tepat di simpang tiga Tiyuh Kaguangan Ratu
dan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tubaba terlihat
hampir setiap sore ramai dikunjungi dan dipadati oleh masyarakat dari beberapa
kalangan, termasuk dari luar daerah, mulai dari anak-anak remaja bahkan dewasa,
untuk berfoto mengabadikan gambar tugu bersejarah tersebut. Terlebih semenjak
beredarnya isu tentang berubahnya Posisi pada patung ratu yang di isukan maju
beberapa centi meter dari patung raja. Salah satu warga tiyuh Kagungan ratu,
Kecamatan Tulang Bawang Udik (TBU) yang mengaku kerap datang ke tugu. Ia
mengatakan, bahwa posisi patung ratu, maju selangkah tidak sejajar lagi dengan
patung sang raja.
6. SUNGAI TULANG BAWANG
Sungai
terbesar di lampung bisa traveler jumpai di kabupaten Tulang bawang yang
membelah wilayah kota Menggala menjadi dua bagian. Adalah Way Tulang Bawang,
sungai dengan lebar 200 meter dan panjang puluhan kilometer punya potensi besar
untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata air. Dari sungai-sungai
ini menghasilkan beberapa rawa-rawa. Rawa Tulang Bawang merupakan lahan basah
tersisa yang terbaik di Sumatera. Beberapa wilayah rawa alam yang masih banyak
menyimpan keaslian lingkungan alam setempat, akan lebih indah lagi bila
berkunjung didaerah rawa ini pada musim penghujan karena pemandangan yang akan
didapat lebih indah. dan juga para pencari ikan akan memberikan tumpangan
gratis mereka agar kita bisa menikmati alam lebih dekat. berikut isinya adalah
: Rawa Pacing dan Rawa Kandis serta bagian-bagian dari Rawa Bujung Tenu.
Sekitar
tahun 1750-an, Perusahaan Hindia-Belanda VOC bersaing
dengan Imperium Britania dan
Kesultanan Palembang untuk
menguasai Lampung, terutama dalam bidang perniagaan rempah-rempah. Awalnya
daerah ini dianggap kurang menguntungkan untuk penduduk Tulang Bawang setempat
yang cenderung menghindari konflik lokal. Pada tahun 1751 sebuah pos Belanda
diserang dan direbut oleh seorang penguasa daerah. Barulah pada
pertengahan tahun 1800-an pemerintah Hindia Belanda berhasil
menaklukkan para penguasa lokal dan mendirikan administrasi resmi pada kedua
tepian sungai. Pada pergantian abad ke-20, tepian sungai Tulangbawang dan
anak-anak sungainya dihuni oleh sekitar 30.000 penduduk, dibandingkan dengan
daerah-daerah yang jarang dihuni semakin jauh dari sungai. Kebanyakan orang suku Lampung (suku Abung)
tinggal di dalma rumah-rumah tradisional mereka
Gambar 7. Sungai Tulang
Bawang
Sungai
tulang bawang bisa dijadikan suatu destinasi geowisata yang berpotensi menjadi
geopark apabila semua pihak mendukung untuk dilakukan suatu perubahan prilaku
masyarakat, pengembangan sarana dan prasarana sehingga potensi wisata di tulang
bawang dapat menjadi salah satu pendapatn bagi masyarakat tulang bawang selain
di bidang agronomi.
Lokasi
geowisata harus dilengkapi dengan papan atau wahana yang memuat informasi
sejarah terbentuknya fenomena alam tersebut. Jadi para pengunjung bukan hanya
menikmati panorama alam namun juga memahami proses terbentuknya sehingga timbul
kesadaran untuk menjaga anugerah Tuhan tersebut.Keberadaan lokasi geowisata
harus memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Manfaat tersebut bisa
dalam bentuk ekonomi, sosial, pendidikan atau lainnya. Ditemukannya potensi
geologi dapat membuka pembangunan di daerah mulai dari jalan, fasilitas sosial
dan lainnya. Daerah yang tadinya sepi dan tidak dikenal orang bisa mulai maju
dan sama seperti daerah lainnya.